Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga Metode cari ilmu وَكُنْ مُسْتَفِيْدًا كُلَّ يَوْمٍ زِيَادَةً # مِنَ الْعِلْمِ وَاسْبحْ فِىْ بُحُوْرِ الْفَوَائِدِ ONOHO NGALAB FAEDAH SABEN DINO ING TAMBAH. SONGKO ILMU
keterangankitab alala. Dalam mencari ilmu peran teman dan lingkungan sangat berpengaruh dalam keberhasilan dan kegagalan santri menggapai cita-citanya,tidak sedikit santri yang berpotensi akhirnya gagal hanya karena salah pergaulan, maka kita harus pandai-pandai mencari teman bergaul,teman yang baik bukan teman yang selalu menuruti
Halpertama yang harus dimiliki dan dilakukan oleh Pencari Ilmu adalah niat, niat yang sungguh-sungguh. Tersebut dalam Kitab Ta’lim Al-Muta’allim oleh Syaikh Az-Zarnuji, niat mencari ilmu khususnya ilmu agama setidaknya mencakup hal-hal berikut: Niat mengharapkan Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk menggapai kebahagiaan akhirat
3 Fikiran & hatinya konsentrasi kepada ilmu, Singkirkan rintangan dan kebiasaan buruk Kebiasaan bermalas-malas, bersantai ber-mental cengeng adalah rintangan seorang pencari ilmu. Ini adalah betul-betul merupakan halangan. Ada tiga hal yang akan merintangi perjalanan manusia kepada Allah : 1. Syirik 2. Bid’ah 3. Maksiat.
Bagipara pencari ilmu agama.Yang didalamnya berisi adab dalam mencari ilmu sehingga bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Kali ini kami hadirkan kitab yang sudah bermakna ala pesantren. Semoga bermanfaat. Amiin. Perlu di ketahui, bahwa sesungguhnya nama ayah beliau bukanlah Abdul Aziz sebagaimana tertulis dalam kitab I'anatut Tholibin (I
KitabTa'lim Muta'alim Dan Terjemah [For PDF] Pembukaan - المقدمة. Fasal tentang pengertian Ilmu, fiqih dan faidahnya - فصل فى ماهية العلم والفقه وفضله. Fasal Tentang Niat Ketika Belajar - فصل فى النية فى حال التعلم. Fasal Tentang Memilih guru dan teman - فصل فى اختيار العلم
AGRrjP. syarat mencari ilmu dalam kitab alala merupakan pembahasan yang sudah cukup populer. Syarat mencari ilmu ini ada di nadhom kedua dari kitab alala tersebut. Berturut turut, pintar, semangat, sabar, punya biaya, ada guru, dan lamanya waktu. Ke enam tersebut merupakan syarat yang terdapat pada nadhom alala tersebut. Kiranya bagian ini sudah cukup jelas, sehingga tinggal bagaimana pelaksanaan dari para pencari ilmu untuk menerapkannya kedalam bagian mencari ilmuManfaat mencari ilmu menurut kitab alala terdapat pada nadhom ketuju dari kitab alala. pada nadhom ini disebutkan terdapat tiga manfaat yang didapat dari mencari ilmu. Manfaat yang pertama adalah dapat menjadikan pemilik ilmu lebih unggul daripada yang tidak memiliki ilmu. Selain itu, Pemilik ilmu akan mendapatkan ketaqwaan yang lebih meningkat dibandingkan sebelumnya ketika masih belum belajar. Selain itu pada nadhom ke 17, disebutkan bahwa pemilik ilmu akan hidup abadi. Maksud dari abadi adalah, namanya akan tetap ada meskipun orangnya sudah tidak lagi ada. Namanya tetap disebut sebut oleh orang lain. Hal ini sangat berbeda dengan orang bodoh. Kehidupannya dianggap tidak ada karena dianggap telah mati oleh orang إِلَى سَأْوِ الْعُلَى حَرَكَاتٍ وَلَكِنْ عَزِيزٌ فِي الرِّجَالِ ثَبَاتُlikuli ila sakwil ula kharakatun, walakin azizun firijalisemua orang menginginkan derajat yang luhur, tetapo hanya sedikit orang saja yang bersungguh sungguhkabih wong maring derajat luhur ubahe ati, tapine kedik poro rajul iku netepiاذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبُ خِيَارِهِمْ وَلَاتَصَحَّبَ الَارْدَى فَتَرَدَّى مَعَ الرُّدَىidza kunta fi qaumin fashohib khiyarahum, wala tashibil arda fatarda ma'a ridaapabila kamu bertemu sebuah kaum, maka bertemanlah orang yang bagus pada kaum tersebut, dan jangan berteman dengan orang yang kurang bagus. Sebab nantinya di surga, kamu akan diikutkan orang yang tidak bagusnalika ana siro iku wewaran kaum, mangka ngancanan sira ing bagus e kaum. lan aja esuk ngancani sira ing wangkan asor, mangka sebab den surga serto kang Mencari IlmuLalu bagaimana dengan etika dalam mencari ilmu dalam kitab alala itu? Untuk etika kepada guru tersirat pada nadhoman ke 21. Dimana pencari ilmu memiliki kewajiban untuk mendahulukan guru dibanding orang tua, apapun alasannya. Hal ini didasari karena guru merupakan seorang yang telah mendidik raga dari pencari ilmu. Selain itu, dalam nadhom kitab alala nomer 34 pencari ilmu lebih baiknya berhijrah. Berhijrah dalam artian keluar dari kota atau desa tempat tinggalnya ke daerah lain. Dengan hijrah ini beberapa manfaat bisa diperoleh oleh para pencari ilmu. berhijrah bagi para pencari ilmu memiliki manfaat tersendiri, diantaranya adalah hilangnya kesusahan, bertambahnya rizqi yang diperoleh, bertambahnya ilmu yang merupakan sumber kebahagiaan, serta makin bagusnya tata krama, dan terakhir menjadikan memiliki banyak teman yang mulia. Sesuai dengan penjelasan, bisa jadi bagi para pencari ilmu yang menetap didesanya akan berkurang kelima manfaat itu. Dan ketika telah mendapat ilmu yang dicari, lebih baiknya menghindar dari hal hal yang dapat merusak احْقِ الْحَقَّ حَقَّ الْمُعَلِّمِ وَأَوْجَبَهُ حِفْظًا عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍro aytu ahaqqul haqqi mualimu, waawjabahu hifdzan ala kulli berpendapat dengan sangat sungguh yakni keharusan bagi tiap orang untuk menunjukan hal yang benar. Dan lebih ditekadkan untuk lebih wajib memahami dijaga oleh seluruh orang islam yang ingin bisaaku wis neqadake luwih haq haqi bener, yaiku haq e wangkang nuduhake barang bener. lan luweh tak tekadke luweh wajib din rekso mungguhe kabih wong islam kepengen bisoلِقَدْحَقَ أَنْ يُهْدَى إِلَيْهِ كَرَامَةً لِتَعْلِيمِ حَرْفٍ وَاحِدٍ الْفِ دِرْهَامٍlaqod haqqa ay yuhda ilaihi karamatan, lita'limi kharfi wahidin alfu dirhaminseharusnya guru harus diberi hadiah seribu dirham, dengan tujuan memulyakan karena mengajar satu huruf hingga fahamguru wis mesti dihadiahi sewu dirham, mulyaake kerana mulang huruf siji tur fahamتَغْرَبُ عَنِ الْأَوْطَانِ فِي طَلَبِ أَلْعَلَا وَسَافَرَ فَفِي الْأَسْفَارِخَمْسِ فَوَائِدًاtaghorob anil authoni fi tholabil ilmu ula, wasafir fa fil asfari khomsun dari desamu untuk memperoleh kemulyaan, karena terdapat lima perkara yang ditemukan di tempat hijrahlungo o songko deso perlu ngudi kamulyan, kerono limang perkoro den temu ing هُمْ وَاكْتِسَابُ مَعِيشَةٍ وَعِلْمٍ وَادَّابٍ وَصُحْبَةِ مَاجِدٍtafarruju hammin waktisabu maisyatin wailmun waadabun wa suhbatun majidisatu hilangnya susahdua rizqinya bertambahtiga bertambah ilmu menyebabkan bahagiaempat, makin bagusnya tata kramalima, mendapatkan teman yang mulyasiji ilange susah, loro rizqine tambah, kaping telu tambah ilmu nyebabaki bungah, kaping papat bisa baguse tata krama, kaping lima merkuleh konco kang mulyoPenutupsebab-sebab dari kerusakan ilmu menurut kitab alala adalah adanya orang alim yang tidak mengamalkan ilmu tersebut. jadi anjuran dari kitab alala ini sudah sangat lengkap dimulai dari bagaimana syarat mencari ilmu, etika dan manfaat. Hingga diakhiri dengan hal yang harus dilakukan setelah mendapatkan ilmu adalah dengan mengamalkannya. Demikian tulisan tentang etika manfaat dan syarat mencari ilmu di kitab alala kami akhiri. Beberapa penulisan berupa harakat, translasi, dan transliterasi ke bahasa indonesia belum lah sempurna. Oleh karena itu kami mohon maaf atas kelalaian kami tersebut. Kiranya Anda dapat membenarkan lewat halaman kontak di website Yuk share linknya!
PARA ulama selalu menekankan masalah adab dalam mencari ilmu. Karena yang menjadikan ilmu itu bermanfaat dan berkah adalah bila disertai dengan akhlak dari para penuntut ilmu. Saya ingin mengungkapkan kata-kata Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah, seorang ulama salaf terkemuka, seorang tabi tabi’in yang hidup sebelum masa Imam Al-Syafi’i rahimahullah. Beliau mengatakan bahwa ada enam tata krama mencari ilmu; Pertama Ikhlas, Kedua Mendengar dengan baik, Ketiga Memahami, Keempat Menulis, Kelima Beramal dengan ilmu dan Keenam Mengajarkan ilmu kepada orang lain. Sulitnya Menjaga Ikhlas Betapa banyak manusia saat ini yang menghadiri majelis ilmu, menuntut ilmu agama dalam keadaan tidak ikhlas. Entah itu hanya ingin mengisi waktu luang, atau ingin mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang, atau mengincar imbalan tertentu, penghargaan tertentu, ingin dilihat dan dikagumi oleh sebagian manusia, dan sebagainya. Tidak sedikit kita saksikan tokoh dai menyampaikan ilmu di mimbar, di kanal Youtube menyerang atau sekurang-kurang ada motif meremehkan lainya. Sesungguhnya materinya baik, namun disajikan dengan cara tidak baik, maka ilmu itu tidak sampai, kecuali hanya untuk gagah-gagahan, atau bahan debat dan berbantah-bantahan. Allah SWT dan Rasulullah ﷺ memarahi ibadah tanpa disertai keikhlasan. Ikhlas adalah perintah Allah SWT. Mempelajari ilmu agama adalah fardu ain yang wajib bagi setiap individu muslim. Rasulullah ﷺ bersabda طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” HR Ibnu Majah no. 224 Ketika petunjuk ini datang dari Nabi ﷺ , maka mengerjakannya adalah ibadah, dan setiap ibadah harus dibangun di atas keikhlasan. Jika kita hanya mencari ilmu untuk mengisi waktu luang kita, kita tidak mendapatkan pahala apapun. Menuntut ilmu adalah ibadah, dan setiap ibadah dibangun dengan ikhlas dan mengikuti Nabi ﷺ Allah SWT berfirman وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ “Kamu tidak diperintahkan untuk beribadah kepada Allah kecuali dengan ikhlas.” QS Al-Bayyinah 5 Nabi ﷺ meriwayatkan tentang keikhlasan dalam sebuah hadits yang terkenal إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيِهِ “Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap manusia tergantung niatnya. Barang siapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, barang siapa hijrah karena dunianya atau wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya itulah yang dia niatkan.” HR Bukhari dan Muslim Imam Al-Syafi’i ketika melihat hadits ini berkata, “Hadits ini termasuk dalam 70 cabang cabang ilmu.” Hadits ini cukup bermakna bagi yang paham tentang keikhlasan. Imam Al-Bukhari menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Imam Al-Nawawi dalam kitab Riyadhus Solihin menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Dalam kitab Al-Azkaar beliau menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Dalam kitab Hadits 40, beliau menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Hal ini menunjukkan bagaimana para ulama dulu ketika hendak menulis, mereka mengingatkan diri pada keikhlasan, niat. Hal ini juga menunjukkan betapa niat yang tulus harus ada dalam setiap amalan ibadah yang akan dilakukan. Jadi kita perlu melihat niat dengan serius. Karena niat manusia mendapat pahala, karena niat manusia mendapat dosa. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang menceritakan tentang tiga golongan manusia yang di dunia dimuliakan oleh masyarakat. Kelompok pertama adalah orang yang jatuh di medan perang. Dia dipanggil dan ditunjukkan kepadanya nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya, dan bertanya kepadanya apa yang telah dia lakukan dengan bantuan itu. Maka dia berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku telah berjuang di jalan-Mu sampai aku jatuh di medan perang’. Kemudian Tuhan berkata, Kamu telah berbohong. Sebaliknya Anda berjuang untuk dikatakan sebagai pria pemberani, dan Anda telah dikatakan demikian’. Maka ia diseret dengan mukanya, lalu dilemparkan ke dalam api Neraka. Kelompok kedua adalah orang-orang yang mencari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an. Dia dipanggil, kemudian ditunjukkan kepadanya nikmat yang telah diberikan kepadanya, kemudian dia ditanya tentang hal itu. Dia berkata, Sesungguhnya aku telah menuntut ilmu dan mengajarkannya untuk-Mu ya Allah, dan aku telah membacakan Al-Qur’an untuk-Mu ya Allah.’ Kemudian dikatakan kepadanya, Engkau bohong. Kamu menuntut ilmu agar kamu dikatakan orang yang shaleh, dan kamu membaca Al-Qur’an agar kamu dikatakan qari’, dan kamu telah dikatakan demikian oleh orang-orang.’ Maka dia diseret dengan mukanya. di tanah dan dilemparkan ke dalam api Neraka. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang telah dilimpahkan kepadanya oleh Allah dengan memberikan segala bentuk harta kepadanya. Mereka dipanggil dan ditunjukkan nikmat yang telah diberikan, dan ditanya apa yang telah dilakukan dengan nikmat itu. Mereka menjawab, Sungguh, tidak ada cara bagiku untuk menafkahkan karena-Mu, ya Allah, tetapi aku telah menafkahkan dengan cara itu.’ Allah berfirman, Engkau berbohong. Engkau memiliki infaq hanya agar dikatakan oleh manusia sebagai orang yang dermawan, dan engkau telah dikatakan demikian oleh manusia.*/ Fathul Bari Mat Jahya
adab mencari ilmu dalam kitab alala